Ericka diajak seorang kawan untuk mengikuti kebaktian di gereja. Walaupun tak begitu banyak mengerti tentang Injil, Erika rajin mengikuti kelas Minggu.
Di satu kesempatan, pendeta membuat penegasan bahwa muslim "membenci" Yesus. Pendeta menyebutkan, umat muslim menyembah ‘Tuhan lain' yang bernama ‘Allah'.
Mendengar itu, Ericka terganggu. Pernyataan dari pendeta membuatnya untuk menyelidiki Islam agar bisa menyaksikan sendiri apa yang dikatakan pendeta.
Mengejutkan ketika ia bertemu dengan orang muslim yang justru begitu mencintai Yesus sebagaimana orang Kristen. “Sejak saat itu, aku mengetahui bahwa Allah adalah nama sebutan yang berarti ‘Tuhan’ dalam bahasa Arab. Sama seperti orang Italia yang menyebut Tuhan dengan ‘Dio’?" ujar Erika.
Ericka menyimpulkan ‘kedangkalan’ pikiran pendeta tadi. “Aku berpikir bahwa jika seseorang seperti dia mengajar, kita yang ilmunya lebih dangkal tidak bisa mengetahui hal mendasar tentang agama-agama lain. Aku tidak berani menjamin semua yang disampaikan pendeta itu sebagai suatu kebenaran.
Erika kemudian menyelidiki asal-usul Alkitab dan penulisnya. Dalam pencarian ia menemukan banyak sekali kontradiksi. Pendiri agama Kristen, Paulus bahkan tidak menyimpan cerita lurus tentang konversi pengangkatan Tuhan. “Fakta bahwa dia bukan pengikut Yesus sudah cukup bagiku untuk tidak mempercayai tulisan-tulisannya,” katanya Erika.
Beberapa penulis Alkitab adalah orang Yahudi. “Mereka bahkan tidak tahu tentang Yesus tetapi tetap saja menulis,” katanya. Protestan selalu mengkritik Katolik. Namun, Protestan tidak melakukan ibadah dengan benar. Mereka masih minum alkohol.” Jadi saya pikir, apa bedanya jika mereka melakukan hal yang sama? Mereka bahkan melakukan konser dan perayaan lain yang tidak seharusnya dilakukan,” tutur Ericka
Pada awalnya Erika berusaha mengingkari kenyataan ‘banyak yang tak beres’ dengan Injil. Tapi hati kecilnya tak bisa dibohongi, ia merasa sedih kitab suci yang selama ini dianggapnya sebagai firman Tuhan terkotori oleh manusia.
Sumber: Republika
Di satu kesempatan, pendeta membuat penegasan bahwa muslim "membenci" Yesus. Pendeta menyebutkan, umat muslim menyembah ‘Tuhan lain' yang bernama ‘Allah'.
Mendengar itu, Ericka terganggu. Pernyataan dari pendeta membuatnya untuk menyelidiki Islam agar bisa menyaksikan sendiri apa yang dikatakan pendeta.
Mengejutkan ketika ia bertemu dengan orang muslim yang justru begitu mencintai Yesus sebagaimana orang Kristen. “Sejak saat itu, aku mengetahui bahwa Allah adalah nama sebutan yang berarti ‘Tuhan’ dalam bahasa Arab. Sama seperti orang Italia yang menyebut Tuhan dengan ‘Dio’?" ujar Erika.
Ericka menyimpulkan ‘kedangkalan’ pikiran pendeta tadi. “Aku berpikir bahwa jika seseorang seperti dia mengajar, kita yang ilmunya lebih dangkal tidak bisa mengetahui hal mendasar tentang agama-agama lain. Aku tidak berani menjamin semua yang disampaikan pendeta itu sebagai suatu kebenaran.
Erika kemudian menyelidiki asal-usul Alkitab dan penulisnya. Dalam pencarian ia menemukan banyak sekali kontradiksi. Pendiri agama Kristen, Paulus bahkan tidak menyimpan cerita lurus tentang konversi pengangkatan Tuhan. “Fakta bahwa dia bukan pengikut Yesus sudah cukup bagiku untuk tidak mempercayai tulisan-tulisannya,” katanya Erika.
Beberapa penulis Alkitab adalah orang Yahudi. “Mereka bahkan tidak tahu tentang Yesus tetapi tetap saja menulis,” katanya. Protestan selalu mengkritik Katolik. Namun, Protestan tidak melakukan ibadah dengan benar. Mereka masih minum alkohol.” Jadi saya pikir, apa bedanya jika mereka melakukan hal yang sama? Mereka bahkan melakukan konser dan perayaan lain yang tidak seharusnya dilakukan,” tutur Ericka
Pada awalnya Erika berusaha mengingkari kenyataan ‘banyak yang tak beres’ dengan Injil. Tapi hati kecilnya tak bisa dibohongi, ia merasa sedih kitab suci yang selama ini dianggapnya sebagai firman Tuhan terkotori oleh manusia.
Sumber: Republika
0 komentar:
Posting Komentar